- Moral ialah “ Kelakuan
yang sesuai dengan ukuran-ukuran (Nilai-Nilai) Masyarakat yang timbul dari hati
dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggungjawab atas
kelaluan tersebut” (Dr. Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam kesehatan mental,
Gunung Agung Jakarta, 1970)
- Manusia lahir kedunia dalam keadaan suci bersih; Manusia cenderung berbuat dan bertindak kepada hal hal yang dirasanya baik yang kemudian disebut sebagai faktor internal; Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh interaksi sosial baik didalam rumah tangga, sekolah maupun masyarakat;
- Imitasi: Yaitu bagaimana seseorang mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungannya agar dapat keseragaman didalam setiap segi kehidupan, seperti bahasa, adat dan lainnya;
- Sugesti: Yaitu pengaruh yang diberikan seseorang terhadap orang banyak, dan orang banyak tersebut menerimanya tanpa kritik.
- Identifikasi: Yaitu kesadaran ingin menyamakan diri dengan tokoh dalam lingkungan terdekatnya yaitu ibu dan bapak. Anak ingin mengikuti jejek dari sikap orang tuanya. Disinilah peran orangtua sebagai teladan dalam membimbing dan membentuk kepribadian anak;
- Simpati: Yaitu sikap
salut kepada kepribadian seseorang dan ingin mengikutinya. Simpati disyarati
oleh adanya kerjasama dan saling adanya pengertian antara orang yang merasa
simpati dengan orang yang menjadi sasaran simpati.
- Orang tua yang memberikan agama dengan cara-cara yang menyenangkan jauh dari pengalaman pengalaman pahit diwaktu kecil, maka ketika remaja tidak akan mengalami pula peristiwa atau hal-hal yang mengguncang jiwanya, Sehingga tidak perlu ditinjau kembali... (Dr. Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam kesehatan mental, Gunung Agung Jakarta) Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ajarilah, permudahlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan engkau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah diam” (HR Ahmad dan Bukhari).
- Rasulullah saw mempersembahkan kepada kita tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepada anak (Suwaid, 2010:142).
- Dalam Perjalanan
- Rasulullah
shallahu
„alaihi wa sallam memberi nasehat kepada Ibnu
Abbas di dalam sebuah perjalanan, sebagaimana dinukilkan dalam sebuah hadits dari
Ibnu Abbar ra, Nabi shallahu
„alaihi wa sallam
diberi hadiah seekor bighal
oleh Kisra.
Beliau menungganginya dengan
tali kekeng dari serabut. Beliau
memboncengku di belakangnya, kemudian Beliau berjalan. Tidak lama kemudian, Beliau
menoleh dan memanggil, “hai anak kecil.” Aku menjawab, “labbaika, wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jagalah agama
Allah, niscaya Dia menjagamu..hadits.
- Waktu Makan
- Pada
waktu ini, seorang anak selalu berusaha untuk tampil apa adanya. Sehingga terkadang dia melakukan perbuatan yang tidak layak atau tidak sesuai dengan adab sopan santun
di meja makan. Apabila kedua orang
tuanya tidak duduk bersamanya selama makan dan meluruskan kesalahan-kesalahannya, tentu si anak akan terus
melakukan kesalahan tersebut. Selain itu, apabila
kedua orang tua tidak duduk bersama si anak
ketika makan, kedua orang tua akan kehilangan kesempatan berupa waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepadanya. Nabi saw makan bersama anak-anak.
Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan. Kemudian Beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat mempengaruhi akan dan meluruskan
kesalahan-kesalahan yang
dialakukan.
- Waktu anak sakit
- Sakit dapat melunakan hati orang yang keras. Anak kecil ketika sakit ada dua keutamaan yang terkumpul padanya untuk meluruskan kesalahan-kesalahannya dan perilakunya bahkan keyakinannya, yakni keutamaan fitrah anak dan keutamaan lunaknya hati ketika sakit. Rasulullah saw telah memberi pengarahan kepada kita atas hal ini. Beliau menjenguk seorang anak yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya masuk Islam. Kunjungan itu menjadi kunci cahaya bagi anak tersebut.
- Rasulullah saw bersabda, artinya:
- “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat apabila mencapai usia tujuh tahun dan pukulah mereka pada usia 10 tahun”. Perintah yang digambarkan dalam hadits ini merupakan bentuk dari suatu metode pendidikan, bukan hukuman. Sebab, hukuman dilakukan atas perilaku kejahatan. Sementara perilaku anak kecil bukan disebut tindak kejahatan. Berbeda lagi dengan orang gila dan anak kecil yang belum berakal, keduanya tidak termasuk kategori yang dihukum atau diberi pendidikan a bila meninggalkan shalat
- Menurut Gunarsa (Gunarwan, 1976:27) orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari.
- Menurut Abu (1991:76) orang tua merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional sehingga keluarga mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap anak.
- Abuse adalah kata yang biasa diterjemahkan menjadi kekerasan, penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.
- The Social Work Dictionary, Barker ( Huraerah, 2006:36) mendefinisikan abuse sebagai “improper behavior intended to cause phsycal, psychological, or financial harm to an individual or group” (kekerasan adalah perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu maupun kelompok).
- Child abuse atau kadang-kadang chil maltreatment adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut kekerasan terhadap anak
SAAT ANDA MARAH
- Membaca Kalimat Ta'awudz. Dari sahabat Sulaiman bin Surd, beliau menceritakan, "Suatu hari saya duduk bersama Rasulullah SAW. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah bersabda: "Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta'awudz: A-'uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
- Berusaha Diam dan Jaga Lisan. Diam merupakan perbuatan mulia dan salah satu cara untuk mengantisipasi muncul luapan amarah. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: "Jika kalian marah, diamlah." (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih). Rasulullah juga mengingatkan, "Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- Mengambil Posisi Lebih Rendah. Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi, dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya. Rasulullah bersabda: "Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR. Ahmad, Abu Daud dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
- Ingat Hadis Ini Ketika Marah. Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki." (HR. Abu Daud, Turmudzi)
- Segera Berwudhu atau Mandi. Marah itu datangnya dari setan dan setan diciptakan dari api. Maka orang yang marah dianjurkan berwudhu atau mandi untuk memadamkan amarahnya. Dari Urwah As-Sa'di, Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Komentar
Posting Komentar